KTT G20 di Bali, membuat pamor Polri sebagai elemen pengamanan event besar dunia dinilai sukses oleh banyak kalangan. Sebelumnya dunia internasional sudah mengacungi jempol kepada Polri dalam.penanggulangan terorisme dan misi perdamaian internasional.
Perhelatan Konferensi Tingkat Tingg (KTT) G-20 belum lama usai. Keberhasilan pengamanan event besar yang dihadiri para pemimpin dunia, khususnya oleh korps Bhayangkara, menaikan pamor Polri di mata internasional.
KTT G-20 adalah panggung yang menyedot perhatian dunia. Hampir sepekan terutama di acara puncak, semua media internasional memberitakan aktivitas para pemimpin dunia di Bali.
Keberhasilan Polri dalam mengamankan perhelatan besar ini, tentu bukan pekerjaan mudah. Keberhasilan ini tak lepas dari kecermatan intelejen membuat perkiraan-perkiraan ancaman yang mungkin ada dan sejauh mungkin sudah bisa dieliminasi jauh sebelum acara puncak KTT.
Keberhasilan Polri ini harus menjadi "turning points" Polri, untuk terus mendunia. Kisah sukses KTT G20 Bali harus diamplifikasi untuk meningkatkan diplomasi perpolisian di kancah internasional.
Dan angin segar itu datang dengan cepat. Hanya berselang dua pekan dari KTT G-20, Polri mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah pelatihan bersertifikat internasioal bagi pelaksana misi perdamaian negara-negara di bawah bendera PBB.
Hal ini seperti disampaikan oleh Kepala Divisi Hubungan Internasional Mabes Polri, Irjen Pol Krishna Murti. Krishna menyebut dukungan penuh Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk program pelatihan yang diikuti sekitar 10 negara tersebut.
Kepercayaan internasional memang sangat besar bagi Polri. Misi-misi perdamaian dunia yang diikuti Polri tergolong sukses, khususnya penerimaan warga tempatan dari negara yang sedang berkonflik seperti di Darfur Sudan sangat baik kepada personel Polri, sehingga hampir di semua misi internasional Polri nir konflik dan insiden berarti.
Dunia internasional juga memberi apresiasi keberhasilan penegakkan hukum dalam penanggulangan terorisme di Indonesia. Karena negara kampiun demokrasi seperti Amerika saja menggunakan pendekatan militer dalam memerangi terorisme yang menjadi ancaman negeri Paman Sam ketimbang pendekatan law enforcement yang lebih rumit.
Karena itu banyak negara belajar kepada Polri dalam investigasi contra terorisme lewat Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) yang pusat pelatihannya berada di komplek Akpol Semarang.
JCLEC pernah dipimpin oleh Irjen Pol. Boy Salamuddin perwira tinggi yang memiliki pengalaman panjang dalam misi Polri di dunia internasional. Demikian pula Irjen Krishna Murti yang kini membawahi Divisi Hubinter Polri. Krishna sedari perwira muda sudah pernah menjadi bagian Kontingan Polri di Bosnia, negara pecahan Yugoslavia yang menjadi zona perang di kawasan Balkan di pertengahan 1990-an.
Pengalaman Krishna lebih komplit karena pernah menjadi perwira Polri pertama yang berkantor di bidang Perencanaan Markas Besar PBB di New York. Dengan deretan panjang pengalaman Polri ini dan upaya terus meningkatkan kapasitas personel Polri untuk belajar bersama, "sharing skill dan knowledge" dengan polisi negara lain, maka Polri akan terus dapat meninggikan panji-panji diplomasi perpolisian Indonesia di dunia internasional.