Komjen Pol. Prof. Chryshnanda Dwilksana
(Kepala Lemdiklat Polri)

Polisi sebagai Penjaga Kehidupan, Pembangun Peradaban, Pejuang Kemanusiaan sebagai orang yang dipercaya dan diberi amanah serta kepercayaan memegang kewenangan, kekuasaan, mewujudkan keamanan dan rasa aman untuk melindungi dan mendukung produktifitas masyarakat.

Dengan demikian polisi dalam pemolisiannya sebagai co producer dan tidak melakukan tindakan kontra produktif. Tindakan para petugas polisi dalam pemolisiannya merefleksikan dan berefek adanya :
1.Kebaikan dan perbaikan
2.Harmoni dalam kehidupan sosial kemasyarakatan
3.Memberdayakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien
4.Menyelesaikan masalah 
5.Mendukung produktifitas dan mencegah hal hal yang kontra produktif
6.Mendukung perubahan dan kebaruan untuk kebaikan dan perbaikan
7.Menginspirasi
8.Memotivasi
9.Mentransformasi
10.Memahami kebutuhan keamanan dan rasa aman warga masyarakat yang dilayaninya.

Petugas polisi yang bajik mendatangkan kebaikan, berbudi luhur, membawa manfaat setidaknya 10 point di atas. Polisi yang bajik berefek pada aura atau suasana yang mendatangkan energi positif. 

Polisi yang bajik akan menjadi sumber enerji yang menguatkan dan berefek luas bagi hidup dan kehidupan. Petugas polisi yang bajik dapat dipahami sebagai sang pencerah yang transformasional, yang mampu belajar dan memperbaiki kesalahan di masa lalu, siap dimasa kini dan mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik. 

Petugas polisi yang bajik, pikiran perkataan dan perbuatannya bijaksana. Kebijakannya berdampak luas bagi hajat hidup banyak orang, untuk mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembang. Dengan demikian petugas
Polisi dapat dipercaya, dihormati dan dibanggakan, karena  berbasis : moralitas, pengendalian diri, untuk menjadi petugas yang pantas dan benar layak dan menyelamatkan.  

Petugas polisi yang bajik dalam pemolisiannya akan banyak menghadapi tantangan bahkan kesulitan yang dapat dianalogikan bagai putri duyung yang mendamba ekornya menjadi kaki manusia.

Putri duyung sebagai mahkluk setengah manusia setengah binatangan. Berkepala manusia dan berekor ikan. Putri duyung yang mendambakan ekornya menjadi kaki manusia. Bagian manusia dan bagian binatang menyatu.

Manusia mengikuti binatang dapat dikatakan gila. Binatang mengikuti manusia tidak mungkin. Kalau dipotong atau dipisahkan akan mati. Di sinilah kebajikan ditunjukan. Bagian mana yang memiliki otak dan hati nurani. Ya tentu, bagian manusia. Di situlah bagian manusia mampu bijaksana untuk memahami dan memikirkan bagaimana bagian ekor dapat berevolusi menjadi kaki manusia.

Analogi diatas dapat ditunjukkan bahwa menjadi seorang petugas polisi yang bajik dan bijaksana sangat berat. Namun tatkala memiliki passion yang kuat maka dimulai dari pikiran, perkataan dan perbuatannya untuk bertahan dalam kepantasan dan kebenaran, kelayakan dan penyelamatan sehingga mampu memahami, bukan selalu minta dipahami. Mampu memberikan solusi. Dalam bahasa Jawa polisi yang bajik berjiwa pemimpin itu : " nyontoni ( memberi teladan ), ngancani ( menemani ), ngajari ( memberikan pembelajaran dan pencerahan), mbelani ( memberikan pembelaan, perlindungan dan pengayoman ), mbayari (rela berkorban ).

Untuk memelihara ikan, yang dirawat air dahulu atau ikan nya dahulu? Tentu saja yang terlebih dahulu adalah airnya. Agar ikan yang akan dipelihara dapat bertahan hidup tumbuh dan berkembang. Dalam proses pembelajaran bagi calon pemimpin polisi dan calon polisi di masa depan sebagai polisi yang bajik dan bijaksana keutamaannya dapat diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban. Semua itu dimulai dari kebiasaan yang baik. Kebiasaan yang baik akan membawa kepada hati nurani yang baik. 

Keutamaan bagi petugas polisi yang bajik dan bijak setidaknya mencakup :
1.Moralitas yang dapat dijabarkan dalam konteks : kejujuran, kebenaran dan keadilan;
2.Pengendalian diri yang dapat ditunjukan dalam : kesadaran, tanggung jawab dan disiplin;
3.Peka dan peduli serta berbela rasa bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban;
4.Profesional, cerdas, bermoral dan modern;
5.Mampu menjadi ikon, pemimpin bukan sebatas apa dan bagaimana dan mengapa melainkan menjadi siapa.
Lebih baru Lebih lama